Cara Mencegah/Mengatasi Kucing Yang Suka Berak Sembarangan

Cara Mencegah/Mengatasi Kucing (Kaoskaki) Yang Suka Berak Sembarangan
Cara Mencegah/Mengatasi Kucing (Kaoskaki) Yang Suka Berak Sembarangan

Perkenalkan teman-teman, namanya Kaoskaki. Kalau dilihat dari struktur wajahnya, mungkin orang akan mengira kucing ini ber-gender pria. Tapi, bukan! Jenis kelaminnya murni betina—yah, dengan karakter kebanyakan jantan, dan agak absurd. Seringkali mulutnya membuka, tapi tak bersuara (mengeong). Kalau pun bersuara, kadang baru akan terdengar 1-2 detik setelahnya. Serba delay—macam jadwal… ah, sudahlah. Mungkin posisi pita suaranya memang dirancang Tuhan agak jauh ke dalam.

Sebagaimana kucing-kucing pendahulunya. Pada awalnya, kediaman saya hanya dijadikannya sebagai rumah singgah. Tempat beristirahat sekedar untuk melepas penat setelah lelah melanglang buana seharian. Kadang dijadikannya pula rumah ini sebagai ajang latihan militer; diam-diam mengendap-endap ke dapur belakang saat empunya rumah sedang lengah.

Dibilang kucing peliharaan, jelas bukan. Saya tidak merasa dengan sengaja membelinya dari pet shop atau sejenisnya. Pun tidak membelikannya makanan kucing mewah macam Whiskas, Frieskies, Pro Plan, Me-o, Solid Gold, Royal Canin, atau apalah namanya.

Tapi, dibilang bukan peliharaan pun setiap ada makanan dia hampir selalu dapat jatah preman. Bahkan kadang, yang seharusnya bukan jatahnya, disikat juga. Lengbet. Meleng sabet.

Seiring waktu, sebulan-dua, lambat laun dia mulai terbiasa di rumah saya. Tidak seperti di rumah-rumah tetangga, di rumah saya dia terbilang aman dari segala macam gangguan. Mulai dari yang kecil sampai yang besar. Mulai dari diusir sampai dikejar-kejar. Pokoknya kondisi aman terkendali! Sekarang, rumah ini sudah bagai istananya sendiri. Kapan mau, dia bisa datang dan pergi sesuka hati.

Saking enaknya, mulailah kucing ini bertingkah. Kencing dan berak seenak jidatnya di mana saja. Dalam 6 bulan – 9 bulan belakangan saja, sudah 3 kali dia kencing di dalam rumah dan berkali-kali berak di pojokan halaman belakang, di bawah rak gudang. Padahal ground clearance-nya relatif sempit. 10 cm!

Bagaimana cara kucing betina ini berak di sana? Jangan tanya saya. Silahkan tanya pelakunya—sodorin Kaoskaki. Mungkin itu hasil latihan militernya saat 1-2 bulan pertama dia injakkan kaki di rumah ini.

Siapa pun tentu akan kesal dengan ulah kucing yang suka berak/poop sembarangan macam begini. Termasuk saya. Dikasih hati, minta jantung, kata peribahasa.

Karena tidak begitu paham dengan tabiat/kebiasaan kucing, maka saya pun mulai Googling. Menjawab pertanyaan dunia nyata lewat jawaban dunia maya.

Dari hasil cari sana-sini, akhirnya saya dapati juga beberapa cara mengatasi atau mencegah kucing yang suka buang air sembarangan itu. Tentu saya tidak akan percaya begitu saja pada semua cara yang ditemukan. Masing-masing harus diuji dulu satu per satu.

Cara pertama. Mengoleskan balsem di dubur/pantat kucing yang suka berak sembarangan. Wah, menurut saya, cara ini terlalu kejam. Walau kelakuan kucing itu menyebalkan, tapi saya sudah terlanjur sayang. Tak sampai hati saya menerapkan cara macam begini. Tidak untuk Kaoskaki. Tidak pula untuk kucing-kucing lain.

Cara kedua. Begitu melihat si empus datang, langsung siram. Hmm, cara ini masih setengah kejam. Kalau pun terpaksa harus dilakukan, saya pilih tindakan ini sebagai alternatif terakhir, saat semua cara dirasa tidak menghasilkan manfaat apa-apa.

Cara ketiga. Membersihkan sebersih-bersihnya lokasi strategis “pusat bisnis” mereka, kemudian menyiramnya dengan wangi-wangian atau aroma lain yang lebih tajam, macam Karbol atau Bayclin—ada juga yang menyarankan dengan kulit durian, tapi ini belum saya coba karena belum datang musimnya (sebenarnya lebih kepada mahal).

Dari percobaan yang dilakukan, walau tampaknya berhasil, saya rasa-rasai cara ini kurang begitu mumpuni. Satu dua hari berikutnya, Kaoskaki buang air lagi di tempat tadi. Bikin frustasi. Mau disiram, kasihan. Tapi didiamkan, kok, ya menjengkelkan. Kemudian, ada terpikir solusi lain…

Cara keempat. Mengaitkan kedua jari kelingking kiri dan kanan. Semakin erat kaitan yang kita buat, semakin susah pula kucing itu berak. Setidak-tidaknya, begitulah yang kita percaya semasa kecil dulu. Jangan-jangan sekarang pun masih?

Mungkin generasi sekarang agak jarang atau bahkan tak pernah dengar sama sekali ada cara macam begini, tetapi generasi-generasi 80-90an, di mana siaran televisi masih dimonopoli TVRI, sebelum muncul RCTI, seharusnya paham. Mainan kecil kita ini Bro! Hahaha…

Kendala dari teknik ini adalah, setiap kucing bersangkutan mau buang air, kita harus selalu hadir. Masalahnya, siapa juga yang mau menghabiskan sisa hidupnya cuma untuk menunggui kucing piaraannya buang air sembarangan? Kalian mau? Saya sih ogah. 😀

Well, karena cara ini saya anggap terlalu time consuming alias sangat tidak praktis, mari kita lanjut ke cara berikutnya.

Cara kelima. Menggunakan batang lidi. Bagaimana caranya?

Pertama-tama, ambil sebatang lidi, kemudian tangkap kucing yang diduga atau diketahui sering buang air sembarangan tersebut. Ukur panjang ekornya dan patahkan batang lidi tadi sesuai dengan panjang ekornya. Kalau tersangkanya dari jenis kucing liar, tak perlu ditangkap. Dikira-kira saja panjang buntutnya. Setelah dapat, tanam batang lidi tadi di lokasi di mana kucing ini sering buang hajat.

Terdengar aneh, bukan? Bagaimana bisa sebatang lidi mampu mengatasi kebiasaan kucing yang sering buang hajat sembarangan? Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, cara ini jelas tidak ‘masuk’ ke dalam pikiran saya. Tapi tak ada salahnya mencoba. Toh, saya tidak rugi apa-apa. Kalau pun rugi, paling-paling cuma sebatang lidi.

Dan, dengan membaca Bismillah, saya tanam batang lidi seukuran ekor Kaoskaki di tempat dia biasa ‘nongkrong.’ Bagaimana saudara-saudara? Sah? Saaahhh!!!

Untuk mengetahui berhasil tidaknya teknik ini, saya harus menunggu minimal seminggu. Mengapa?

Karena kalau cuma menunggu sehari-dua, boleh jadi pada hari ketiga, keempat, dan seterusnya, dia berak lagi di tempat tadi. Kan, tidak setiap saat Kaoskaki kebelet berak. Jadi, yang bisa dilakukan setelah ini, ya, hanya menunggu dan menunggu.

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berubah minggu. Sudah lebih dari satu minggu saya menunggu. Dan, walau pun masih tak percaya, ternyata cara ini ampuh juga. Kaoskaki tidak lagi berak sembarangan. Yah, setidak-tidaknya, dia tidak poop lagi di rumah saya. Pindah tempat ke dapur tetangga. Hahaha… “Kucing brengsek! Capek saya bersihin taiknya di dapur tiap hari. Berak sembarangan!” curhat sang tetangga yang ibu-ibu itu, di ajang kongko rumpi sore. [BEM]

121 thoughts on “Cara Mencegah/Mengatasi Kucing Yang Suka Berak Sembarangan”

    1. kalau merujuk percobaan saya, vertikal, Mbak Mona. Tapi ada salah satu teman kita di kolom komentar, kalo ga salah inget, digeletakin begitu saja secara horizontal pun bisa.

    1. Sayangnya legacy kelingking gak sampe ke anak-anak jaman sekarang. Ada pun cuma segelintir doang.

      Siappp… kalo ketemu bahan yang cocok, insyaAllah nulis lagi. Trims udah mampir, btw.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.